Jumat, 28 Maret 2014 di Audio Visual
Tentang Pembicara:
– Bapak Mulyadi Setiakusuma, Head of ACCA Indonesia
– Menyelesaikan program S1 Akuntansi di Universitas Tarumanegara
– Menjadi General Manager City Bank di usia 21 tahun dalam kondisi belum wisuda
– Menjadi 10 Karyawan Baru terbaik di City Bank diantara 300 orang lainnya yang terdiri dari 200 karyawan domestik dan 100 karyawan asing
– Lengser dari City Bank pada saat pergantian presiden dari Abdurrahman Wahid ke Megawati Soekarno Putri dan melanjutkan karir di Bank Commonwealth, Australia sekaligus mendapatkan penghargaan Manager Sales Award di Australia
– Menjadi manager ACCA di usia 34 tahun
Isi Presentasi:
AEC pada 2015 akan akan memberikan gejala “Borderless” dalam lingkup negara-negara Asean yang artinya setiap angkatan kerja dapat berpindah dari satu negara ke negara lainnya yang masih dalam lingkup Asean. Tidak ada pembatasan karyawan domestic ataupun asing dalam suatu negara. semua didasarkan pada kemampuan dan kapabilitas diri masing-masing. Artinya, bila kita tidak punya International Qualification, kita tidak akan mampu bersaing dengan angkatan kerja lain yang memiliki kemampuan yang lebih unggul.
Contoh Kasus:
1. Tony Fernandes, CEO Air Asia (India)
Awal mula berkarir sebagai Akuntan di perusahaan Robert Branson. Lalu mengambil pendidikan di ACCA. Setelah mengundurkan diri dari Robert Branson, Ia memutuskan untuk menjadi pengusaha di bidang maskapai pesawat terbang (Air Asia). Banyak orang yang meremehkan usahanya karena Ia tidak memiliki Travel Agent dan hanya melakukan pendaratan di bandara logistic.
Namun Tony pantang menyerah dan terus memanfaatkan peluang yang ada dengan cara memberikan harga yang fantantis untuk rute-rute tertentu. Hal ini menarik minat banyak orang terutama kalangan mahasiswa yang berjiwa travelling karena dapat membeli tiket pesawat dengan harga yang terjangkau.
Setelah sukses dengan triknya tersebut, kini omset Air Asia sebanding dengan omset Singapore Airlines
2. Irhoan Tanudiredja, Senior Partner PwC
Ikut ACCA karena ingin mampu berkompetisi secara Internasional. Ia mengatakan bahwa, “Selain University Degrees, kita juga butuh kualifikasi profesi secara internasional untuk dapat berkompetisi secara global”.
3. Lenovo dan IBM
Beberapa tahun yang lalu, IBM menyewa Lenovo sebagai salah satu perangkat accessories-nya. Saat ini justru Lenovo yang membeli sahan IBM karena harga saham IBM yang terus menurun. Lenovo lebih berfikir profitable, memikirkan peluang ke depan dan memperhatikan depresiasi sehingga perlu peningkatan mutu di segala aspek.
Ada 2 hal terpenting yang harus diimplementasikan oleh seluruh Akuntan khususnya Akuntan di Indonesia yaitu, Profesionalisme dan Etika karena Akuntan adalah bagian perusahaan yang paling mengetahui seluk beluk keuangan perusahaan. Kecerdasan dan kepiawaian dalam berkarir tidak ada artinya bila tidak didukung oleh etika dalam bekerja.
Untuk menjadi The Best Next Generation, hal yang harus diperhatikan adalah Ideas and Opportunities dan didukung oleh kemampuan bekerja sama yang baik (team work) sehingga lahirlah seorang leader yang berkualitas.
Harapan untuk Indonesia pada tahun 2030 adalah menjadi The Biggest Supplier of Human Talent in Asean.
Kesimpulan:
– Berhubungan dengan AEC 2015, tanpa kualifikasi secara internasional, para angkatan kerja Indonesia yang tidak memiliki kapabilitas dan kemampuan untuk bersaing secara global tidak akan mendapatkan posisi sebaik angkatan kerja dari negara lain di Asean yang memiliki kapabilitas yang lebih tinggi.
– Untuk terus mempertahankan karir, usaha, dan bisnis, kita harus mampu melihat dan memperkirakan peluang dan resiko yang ada untuk saat ini dan kedepannya. Harus mampu menilai hal-hal yang profitable dan memperhitungkan depresiasi perusahaan.
– Dalam berkarir, yang harus dilakukan oleh para Akuntan adalah menjadi seseorang yang professional dan memperhatikan etika dalam bekerja karena kepercayaan adalah segala-galanya.