Author: Keyra Audrey Annabelle Christian, Devita Ananda Pohan, Muh. Taswin
Next Generation Gap in the US
“The US is battling a shortage of new recruits into the accounting profession compelling AICPA to reduce the amount of university education needed to qualify as a CPA.” -Financial Times
Kekurangan tenaga kerja baru dalam profesi akuntansi bersertifikat di Amerika Serikat terus mengalami tren peningkatan, hal ini menjadi isu yang memprihatinkan. Berbagai faktor yang menyebabkan kekurangan ini terus terjadi, berbagai upaya pemerintah dan sektor swasta pun telah dilakukan untuk mengatasi kekurangan akuntan di Amerika Serikat. Lebih dari 300.000 akuntan dan auditor telah meninggalkan profesi sejak tahun 2020 dan 75% akuntan publik Amerika Serikat telah mencapai masa pensiun pada tahun 2020 (Ellis, 2022). Pada saat yang sama, pendaftar di program studi Akuntansi juga mengalami penurunan, di mana tingkat penurunan lulusan Akuntansi sebesar 7,8% dari sebelum tahun 2021 (AICPA, 2023). Terdapat berbagai dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari kurangnya profesi akuntan di Amerika Serikat, bahkan firma akuntansi secara nasional.
Indonesia Mengalami Kekurangan Tenaga Akuntansi
Indonesia termasuk dalam negara yang mengalami kekurangan profesi akuntan, apalagi Indonesia yang terus mengalami pertumbuhan ekonomi, sehingga membutuhkan permintaan yang tinggi atas akuntan dan auditor. Berdasarkan penuturan Guru Besar Ilmu Akuntansi Keuangan dan Audit Universitas Pelita Harapan (UPH), Prof. Dr. Drs. Antonius Herusetya, rasio perbandingan akuntan publik di Indonesia 1:121.000 dari jumlah penduduk di Indonesia dengan kekurangan ini menyebabkan perusahaan mengalami berbagai kesulitan dalam pelayanan kantor akuntan. Indonesia yang hanya memiliki 4.000 orang CPA (Certified Public Accountant) dibandingkan dengan Thailand yang mencapai 12 ribu orang (Antonius H., 2023).
Informasi pasar tenaga kerja di Indonesia menunjukkan peningkatan permintaan akan tenaga ahli di bidang akuntansi sehingga peluang kerja bagi lulusan akuntansi semakin terbuka lebar. Namun, kenyataannya jumlah akuntan publik di Indonesia tidak bertambah secara signifikan dari tahun ke tahun. Dalam hal kualitas, pasar lebih menyukai jasa kantor akuntan publik (KAP) global yang dianggap lebih memenuhi standar internasional. Kelebihan pasokan di pasar kerja KAP memang memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam hal perekrutan, tetapi juga menimbulkan tantangan dalam hal menemukan karyawan dengan keterampilan khusus. Di sisi lain, kekurangan pasokan di industri akuntansi secara keseluruhan dapat menghambat pertumbuhan bisnis dan inovasi. Dengan ini, perusahaan yang tidak dapat mengakses layanan akuntansi dan kesulitan dalam mendapatkan tenaga kerja bidang akuntan yang berkualitas akan kesulitan bersaing di pasar global.
Unattractive Payoff
Fenomena kekurangan akuntan yang terjadi, baik di Amerika Serikat maupun Indonesia, dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah ketidaksesuaian payback atau investasi terhadap sertifikasi akuntan tersebut tidak terkompensasi. Sertifikasi memang semakin sulit untuk didapatkan. Terlebih lagi KAP Big 4, yang merupakan pilihan utama pengguna jasa akuntan, menjadi satu-satunya ekspektasi kesuksesan terbesar bagi para calon lulusan Akuntansi. Padahal, KAP di luar Big 4 dapat memasarkan jasa mereka dengan lebih tepat sasaran sehingga lebih banyak calon akuntan yang berekspektasi bekerja di luar KAP Big 4 dan jasa mereka pun dapat digunakan oleh lebih banyak kalangan. Sertifikasi menjadi salah satu jaminan sekaligus ancaman bagi para lulusan Akuntansi. Dalam hitung-hitungan sederhana, mendapatkan sertifikasi akuntan publik atau CPA membutuhkan biaya minimal Rp900.000 hanya untuk satu mata ujian atau tingkat paling dasar. Di Amerika Serikat, rentang harga yang berlaku untuk memperoleh CPA adalah $3000 – $5000. Ekspektasi gaji sebagai return on investment yang diharap dapat diterima oleh lulusan Akuntansi dinilai masih rendah dan tidak dapat mengompensasi biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh tingkat CPA tersebut.
Dalam menyiapkan CPA, para lulusan Akuntansi harus mempersiapkan banyak hal, mulai dari biaya pendaftaran ujian, biaya bimbingan, hingga biaya per mata ujian yang tidak kecil. Sayangnya, mereka juga masih berpatokan pada jalan karir menuju KAP Big 4. Anggapan bahwa satu-satunya jalan karir akuntan sukses adalah dengan masuk Big 4 tidak selamanya benar. Pada kenyataannya, KAP Big 4 memang dapat menjadi tempat yang baik untuk membentuk mental dan menambah wawasan ‘lapangan’. Namun, KAP non-Big 4 juga masih tetap dapat menjadi salah satu harapan utama lulusan akuntansi. Upaya pemasaran KAP non-Big 4 harus menjadi perhatian serius jika ingin menyaingi kredibilitas KAP Big 4 dan menjadi pilihan utama pengguna jasa akuntan.
Rising Trend of Outsourcing
Hasil survei CPA Trendlines Outlook menunjukkan bahwa 42% accounting firm menolak permintaan klien karena kekurangan staf untuk memenuhi kebutuhan klien mereka. Oleh karena itu, outsourcing akuntan dari berbagai negara, seperti India, Afrika Selatan, dan Filipina dapat menjadi solusi agar mereka bisa terus menerima klien baru dan bertumbuh di pasar yang kompetitif. KAP dapat berinvestasi di Centers of Excellence (COE) atau Global Delivery Centers, yang memanfaatkan sumber daya manusia lokal di negara-negara dengan kelebihan sumber daya manusia untuk memperkuat tim KAP di Amerika Serikat (AS) agar dapat memberikan lebih banyak pekerjaan kepada klien secara efektif dan hemat biaya.
Agar dapat mengoptimalkan outsourcing dari COE, KAP dapat bermitra dengan partner yang berpengalaman dalam mengelola outsourced team, yaitu yang memiliki track record dalam memberikan pekerjaan berkualitas kepada perusahaan-perusahaan AS. Salah satu contohnya adalah SAPRO, yaitu sebuah global talent outsourcing firm asal India yang menyediakan tenaga profesional di bidang Tax, Advisory dan Assurance. SAPRO juga memiliki anak perusahaan yang merupakan COE, yaitu BINDZ Consulting yang beroperasi di luar India. Contoh lainnya adalah Global Delivery Centers (GDC) yang dimiliki oleh Deloitte China, yaitu The Chongqing GDC yang juga menyediakan layanan bagi Deloitte Jepang dan Korea. Deloitte China telah merancang GDC-nya berdasarkan prinsip AS-India agar dapat memberikan layanan dengan kualitas terbaik bagi klien.
Selain talent outsourcing, terdapat solusi lainnya untuk menarik generasi muda dengan mempromosikan akuntansi sebagai pilihan bidang karier. Sebuah survei yang dilakukan oleh AICPA menunjukkan bahwa hanya 4% siswa sekolah menengah atas yang berminat untuk berkarier di bidang akuntansi. Hal ini menunjukkan kurangnya ketertarikan generasi muda terhadap profesi ini. Oleh karena itu, perguruan tinggi dan perusahaan dapat mempromosikan karir di bidang akuntansi melalui pemberian kesempatan bagi siswa untuk mengikuti professional development dan bagi bisnis untuk berinvestasi dalam program training and development. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui pengadaan webinar, workshop, bootcamp, bahkan program beasiswa seperti KPMG 4SEAS Scholarship, PwC’s CDP scholarship, The EY Scholarship, serta The Deloitte Scholarship. Inisiatif-inisiatif tersebut tidak hanya menarik individu berbakat yang mencari peluang karier, tetapi juga memfasilitasi pembelajaran berkelanjutan dan peningkatan keterampilan bagi anggota tim yang ada di perusahaan. Selain itu, KAP juga bisa menyelenggarakan kompetisi berhadiah internship sebagai peluang bagi mahasiswa untuk berkarir di KAP, seperti Deloitte Tax Challenge atau berkolaborasi sebagai case partner dalam lomba yang diselenggarakan oleh universitas.
Referensi
Deloitte. Global delivery center. Diakses dari https://www2.deloitte.com/cn/en/pages/technology/solutions/global-delivery-center.html.
Garima. (2024). Tackling the accountant shortage in the USA. Invedus. Diakses dari https://invedus.com/blog/accountant-shortage-in-the-usa/.
SAPRO. (2024). 42% of firms can’t take on new clients due to staffing shortages. Linkedin. Diakses dari https://www.linkedin.com/pulse/42-firms-cant-take-new-clients-due-staffing-shortages-ou3of/.
SAPRO.com. SAPRO: accounting workforce solutions. Diakses dari https://www.sapro.com/about.
Ellis, L. (2022). The Wall Street Journal: Why So Many Accountants Are Quitting. Diakses dari https://www.wsj.com/articles/why-so-many-accountants-are-quitting-11672236016.
Indriani. (2023). Antara: Guru Besar sebut Indonesia masih kekurangan akuntan publik. Diakses dari https://www.antaranews.com/berita/3806781/guru-besar-sebut-indonesia-masih-kekurangan-akuntan-publik.
AICPA & CIMA. (2023). 2023 Trends Report. Diakses dari https://www.aicpa-cima.com/professional-insights/download/2023-trends-report.
Ryan, F. (2023). CFO.com: U.S. Accounting Graduates Fall Nearly 8%: AICPA. Diakses dari https://www.cfo.com/news/us-accounting-graduates-bachelors-degree-AICPA-CPA-exam-candidates/696932/.