Harry Morkopolos, investigator akuntansi dan keuangan Amerika Serikat menemukan sejumlah kejanggalan pada laporan keuangan milik General Electric yang kemudian diungkapnya melalui situs www.GEfraud.com sebanyak 175 halaman. Perusahaan tersebut dituduh mengganti format laporannya setiap dua hingga empat tahun sekali agar kinerjanya tidak dapat dianalisis serta ditemukan pula kejanggalan pada metode akuntansi milik Baker Hughes General Electric. General Electric, disebutkan oleh Markopolos, ditengarai melakukan manipulasi hingga $38 miliar. Beberapa pihak, seperti Jim Corridore dan Leslie Seidman, menyatakan bahwa General Electric tidak melakukan kecurangan akuntansi seperti yang dituduhkan oleh Markopolos. CtW Investment Group menyarankan kepada General Electric untuk mengganti auditornya setiap sepuluh tahun serta mencari akuntan baru. Tak terima dengan tuduhan Markopolos, General Electric merilis sanggahannya melalui situs webnya. Akibat laporan yang berisi tuduhan tersebut, saham General Electric menurun hingga 11% ke level US$8,01 per saham dalam satu dekade terakhir.
IDE Times (Accounting Article)
Disusun oleh: Mila Nadia dan Tyas Isnawati Dewi
“The stock market is filled with individuals who know the price of everything, but the value of
nothing.” —Philip Arthur Fisher
Begitulah sebuah kutipan dari seorang pakar saham asal Amerika, Philip Fisher, terkait dengan
pelaksanaan transaksi jual beli kepemilikan saham. Dalam filosofi tersebut dapat diartikan bahwa
mayoritas dari para pelaku pasar seringkali menyamakan transaksi seperti dalam permainan judi.
Hanya terdapat dua kemungkinan, berhasil mendapatkan jackpot atau jatuh terpuruk karena
memilih saham dengan kualitas buruk.
Apabila kita cermati bersama kutipan tersebut nyatanya relevan dengan kondisi salah satu Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Pasalnya, berita terkait
bengkaknya keuangan perusahaan asuransi tertua di Indonesia itu kian semakin banyak
diperbincangkan oleh berbagai media. Berbagai asumsi bermunculan serta segala bentuk kegiatan
perusahaan tersebut tengah menjadi sorotan. Mengapa demikian? Menurut Kantor Akuntan Publik
(KAP) dalam konferensi pers IAPI pada bulan Januari lalu disebutkan bahwa terdapat kejanggalan
dalam pelaporan keuangan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dengan angka yang mencengangkan.
Dalam dunia akuntansi, investasi adalah kegiatan penanaman modal yang saat ini dimiliki guna
mendapatkan keuntungan (imbal hasil) di masa mendatang. Keuntungan yang dimaksud dapat
berupa pengembalian (return). Home dan Wachoviz (1998:26) dalam bukunya yang berjudul
Fundamental of Financial Management menjelaskan bahwa retur saham merupakan bentuk
manfaat dari dividen tunai yang telah dibayarkan di awal tahun bersamaan dengan capital gain
yang direalisasikan di akhir tahun. Pada praktiknya, perusahaan selalu dihadapkan dengan
berbagai risiko mulai dari Capital Loss, Opportunity Loss, hingga perusahaan yang dilikuidasi—
likuidasi yang dibagikan bernilai lebih rendah daripada harga belinya—dan menyebabkan
kerugian (Widoatmodjo; 2006). Selain itu, terdapat banyak prinsip yang harus diperhatikan secara
komprehensif. Hal ini lantas memunculkan suatu pertanyaan mendasar dalam benak kita.
Mengapa bisa salah satu BUMN sekaligus perusahaan asuransi jiwa tertua di Indonesia memiliki
kualitas investasi diluar ekspektasi?
Melihat Sejarah dari Linimasa Kinerja PT Jiwasraya
Kasus yang saat ini menyeret nama PT Jiwasraya dinilai sebagai sebuah fenomena gunung es.
Puncak dari permasalahan tersebut mencuat setelah munculnya kabar gagalnya Jiwasraya dalam
membayar polis asuransi. Apabila dilihat dari rekam jejaknya, bisa jadi kegagalan ini disebabkan
oleh beberapa hal. Pertama, penyebab utamanya adalah kesalahan dalam pegelolaan investasi yang
ada di dalam perusahaan. Pasalnya, diketahui bahwa ternyata Jiwasraya sudah mengalami
Oleh: Andrea Eka Putri L. dan Putu Arkananta (Akuntansi 2019)
Laporan keuangan idealnya menggambarkan kondisi suatu perusahaan pada periode tertentu.
Laporan yang berisi laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan dan laporan posisi keuangan pada awal
periode komparatif ini biasanya digunakan sebagai acuan pengambilan keputusan. Dengan
melihat laporan keuangan, kita bisa tahu bagaimana prospek perusahaan di masa depan,
analisis kinerja manajemen perusahaan serta memprediksi arus kas yang akan datang. Laporan
keuangan mencerminkan keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan dalam mencapai target
profitable.
Perusahaan maskapai nasional Indonesia, Garuda Indonesia tersandung skandal laporan
keuangan. Pasalnya, Garuda Indonesia berhasil membukukan laba bersih setelah merugi pada
kuartal sebelumnya. Keganjalan ini menimbulkan polemik bagi Garuda Indonesia. Lalu,
bagaimana kronologi polemik tersebut? Apa saja pelanggaran yang dilakukan dan sanksi yang
diterima oleh Garuda Indonesia?
Linimasa Polemik Laporan Keuangan Garuda Indonesia
Berikut adalah linimasa terkuaknya skandal laporan keuangan Garuda Indonesia:
2 April 2019
Polemik dimulai saat dua komisaris Garuda Indonesia, Chairal Tanjung dan Dony Oskaria (saat
ini sudah tidak menjabat), menolak menandatangani laporan keuangan Garuda Indonesia
karena tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Dalam
pembukuan tersebut, Garuda Indonesia menyatakan laba bersih mereka senilai USD890,85
ribu atau setara dengan Rp11,33 miliar dengan asumsi kurs Rp14.000 per dolar AS. Lonjakan
sangat tajam dan signifikan ini berbanding terbalik dengan pembukuan sebelumnya yang
menyatakan kerugian sebesar USD216,5 juta. Ternyata, Garuda Indonesia mengakui piutang
dari PT Mahata Aero Teknologi (MAT) terkait pemasangan wifi sebagai laba perusahaan.
Oleh: Ni Putu Alika Mahayani & Arindita Kurnia
PSAK atau yang juga dikenal sebagai pernyataan standar akuntansi keuangan
merupakan sekumpulan aturan yang mengatur mengenai tata cara penghitungan,
pengklasifikasian, serta pencatatan akuntansi di Indonesia. Pada tahun 2017, Dewan Standar
Akuntansi Keuangan (DSAK) telah merilis tiga Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
baru yaitu PSAK 71, 72, dan 73 yang mulai diimplementasikan / efektif mulai pada tahun 2020
ini. Dikeluarkannya PSAK yang baru ini merupakan bagian dari usaha otoritas untuk mengadopsi
sistem dari International Financial Reporting Standards (IFRS) yang dikeluarkan oleh
International Accounting Standard Board (IASB).
Poin-poin yang diatur oleh ketiga PSAK yang baru ini yakni meliputi, PSAK 71 mengatur
mengenai instrumen keuangan, PSAK 72 mengatur mengenai pendapatan dari kontrak dengan
pelanggan, dan PSAK 73 mengatur tentang sewa.
Oleh: M. Ghiffari Faza, I Nyoman Surya Merta Yasa
Karakteristik Unik Akuntansi Forensik
Bidang akuntansi forensik telah menjadi pembicaraan hangat di kalangan praktisi dan akademisi akuntansi dalam beberapa dekade terakhir. Akuntansi Forensik adalah suatu metode investigasi transaksi keuangan dan situasi bisnis untuk memperoleh kebenaran serta mengembangkan pendapat ahli tentang kemungkinan terjadinya aktivitas kecurangan (Nunn,2006). Seorang akuntan forensik umumnya dibagi menjadi dua jenis berdasarkan bidangnya,yaitu spesialis dukungan litigasi (litigation support) dan akuntansi investigasi atau penipuan(fraud accounting). Dukungan litigasi mencakup penilaian bisnis, analisis pendapatan, evaluasi pendapatan di masa depan. Contohnya adalah ketika ada pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa hukum dan perlu menggunakan perhitungan tertentu untuk membantu penyelesaian sengketa melalui keputusan pengadilan. Seorang akuntan forensik dapat digunakan sebagai saksi ahli jika sengketa meningkat menjadi keputusan pengadilan (Chen, 2020). Akuntansi investigasi atau penipuan adalah proses untuk mengetahui apakah suatu kejahatan terjadi dan menilai kemungkinan terjadinya tindakan kriminal. Kejahatan tersebut dapat mencakup pencurian yang dilakukan karyawan, penipuan sekuritas, dan pemalsuan informasi laporan keuangan.
Ditulis oleh : Tasya Nashrullia Sausan
Pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 hingga kini masih menjangkit negara Indonesia dan menyebabkan beberapa sektor mengalami kelumpuhan salah satunya yang tidak dapat dihindari, yaitu sektor ekonomi. Kehadiran pandemi di Indonesia menyebabkan penurunan terhadap pertumbuhan ekonomi berkisar pada angka -8,29%. Angka tersebut merupakan selisih dari nilai pada kuartal I 2020 sebesar 2,97% dan pada kuartal II menjadi -5,32%.
Akibatnya, Pendapatan Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Profit (GDP) Indonesia juga mengalami penurunan. Kemerosotan ini banyak disumbang oleh kegiatan sektor lapangan usaha. Isu Pandemi yang tak berhenti ni juga berdampak pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Hal tersebut dikarenakan sebagian besar sektor mengalami penurunan profit sehingga menyebabkan ketidakpastian dalam pertimbangan (judgement) entitas saat penyusunan laporan keuangan yang telah ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI). Menanggapi ketidakpastian ini, DSAK berinisiatif untuk melakukan penyesuaian terhadap poin-poin PSAK yang terkait. DSAK IAI juga mempertimbangkan publikasi dari dewan standar akuntansi lainnya, salah satunya adalah International Accounting Standards Bond (IASB).
Disusun oleh : Achmad Fauzi, Nathalie Anin, Erica Lesmana
Critical Audit Matters (CAM) merupakan pengungkapan masalah yang timbul dari hasil audit laporan keuangan yang dikomunikasikan atau perlu dikomunikasikan kepada komite audit berkaitan dengan akun atau pengungkapan yang material untuk laporan keuangan serta termasuk penilaian auditor yang menantang, subjektif, dan kompleks.
Kriteria yang dimiliki oleh suatu subjek sehingga dikatakan CAM setidaknya memenuhi 3 kriteria, yakni:
- Setiap materi yang muncul dari suatu audit laporan keuangan telah atau sepatutnya dikomunikasikan kepada komite audit.
Menurut AS 1301 “Communications with Audit Committees” hal-hal yang harus dikomunikasikan dengan komite audit adalah:
Persaingan bisnis di zaman modern ini sungguh ketat dan diprediksi akan semakin
ketat di kemudian hari. Oleh karena itu, inovasi adalah hal yang wajib dilakukan oleh
setiap perusahaan salah satunya dengan menerapkan cloud computing. Cloud
computing adalah teknologi yang menjadikan internet sebagai pusat pengelolaan
data dan aplikasi.
Menurut Sage’s “Practice of Now” 83% akuntan mengaku bahwa sekarang klien
mereka berekspektasi lebih terhadap pelayanan mereka dibandingkan dengan lima
tahun yang lalu ( Alexander, A., 2018) . Solusi yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan pelayanan ini adalah dengan memperbaharui teknologi yang
digunakan, salah satunya dengan menggunakan cloud computing. Klien juga dapat
mengakses beberapa informasi yang memang diizinkan oleh perusahaan. Hal ini
menunjukkan peningkatan transparansi perusahaan terhadap klien. Perusahaan
dapat memberikan informasi secara real time dan akurat kepada klien, sehingga
perusahaan dapat menjangkau klien yang lebih banyak lagi.
FIFA 2018, AFF Championship 2018, hingga Asian Games 2018 berhasil membuat sepak bola menjadi salah satu olahraga yang menarik untuk diikuti bagi berbagai kalangan. Akan tetapi, lebih dari sekedar hiburan, industri ini telah disulap menjadi sebuah alat penghasil uang. Hingga saat ini, sepak bola menjadi sebuah olahraga yang paling menguntungkan. Harjai, (2018), mengungkapkan dalam Economicswire, bahwa sepak bola telah menguasai setidaknya 36,7% pendapatan dari industri olahraga.
Layaknya sebuah entitas bisnis pada umumnya, sebuah club membutuhkan sumber daya manusia untuk beroperasi. Dalam konteks sepak bola, club membutuhkan pemain. Transfer pemain antara satu club ke club lain merupakan hal yang lumrah terjadi. Proses pembelian pemain pun terjadi pada suatu bursa. Pada saat pembelian pemain, club tentunya mengorbankan sejumlah sumber daya ekonomi untuk memperolehnya—umumnya kas. Club yang melakukan pembelian tentunya akan mengurangi kas yang dimiliki perusahaan. Yang menjadi topik untuk digarisbawahi adalah pemain yang dibeli dengan menggunakan aset club terkait. Hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan, apakah bisa sebuah club mencatat nilai suatu pemain bola sebagai aset atau hanya mengakuinya sebagai expired cost, atau memperlakukannya sebagai off-balance sheet?Apakah melakukan pencatatan terhadap nilai pemain bola dapat memastikan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara benar dan wajar (true and fair)?
Panama Papers merupakan julukan untuk sebuah dokumen rahasia milik suatu perusahaan jasa yang beroperasi di Panama bernama Mossac Fonseca. Dirintis oleh Jürgen Mossack dan Ramón Fonseca pada tahun 1977, perusahaan ini merupakan entitas yang legal karena sudah memiliki sertifikat sebagai badan hukum. Mossac Fonseca menyediakan jasa pelayanan bagi perusahaan lain meliputi pembentukan, pengelolaan, hingga manajemen aset. Panama Papers berisi nama-nama klien yang bekerja sama dengan perusahaan tersebut. Ada sebanyak 11,5 juta dokumen didalamnya yang berupa dokumen digital, foto, serta surat-surat perjanjian dan transaksi usaha.