Authors: Firli Amaliyah, Kenneth Pratama Widian
Pengertian Creative Accounting
Creative accounting atau akuntansi kreatif merupakan praktik dalam proses menyusun laporan keuangan yang memanfaatkan celah dan fleksibilitas dalam standar akuntansi. Tujuannya adalah menyajikan kinerja keuangan perusahaan yang lebih baik dibandingkan kondisi sebenarnya untuk memperoleh penilaian yang lebih baik dari para pemangku kepentingan. Praktik ini tidak selalu melanggar hukum ataupun standar akuntansi yang berlaku, tetapi membuat laporan keuangan menjadi berkurang keandalannya karena menyamarkan risiko, memperbesar keuntungan, memperkecil liabilitas, dan lainnya.
Praktik ini dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk beberapa tujuan, di antaranya mencapai target laba, menjaga kestabilan harga saham, memperoleh kompensasi tertentu, dan memperoleh kredit dari kreditur. Namun, jika dilakukan secara berlebihan, maka kredibilitas dan transparansi laporan keuangan akan terganggu hingga akhirnya mengarah pada permasalahan keuangan.
Jenis Creative Accounting
Praktik ini dapat dilakukan melalui beberapa tindakan manajemen, di antaranya adalah sebagai berikut,
1) Pengakuan pendapatan: perusahaan mempercepat proses pengakuan pendapatan padahal secara akuntansi akrual belum benar-benar dapat diakui sebagai pendapatan. Misalnya, pengakuan pendapatan sudah dilakukan ketika menerima down payment dan tanda tangan kontrak sebelum proyek dilaksanakan.
2) Mengubah metode depresiasi dan estimasi penyusutan: perubahan ini dapat digunakan mendadak untuk meningkatkan laba. Misalnya perusahaan mengubah metode depresiasi dari angka-tahun menjadi metode garis lurus.
3) Mengkapitalisasi biaya: proses kapitalisasi adalah proses mengakui pengeluaran biaya sebagai aset, sehingga nilai aset meningkat dan tidak menimbulkan beban bagi perusahaan. Misalnya, perusahaan bisa saja mengeluarkan berbagai biaya penelitian yang gagal, namun diakui sebagai nilai aset (misalnya paten), hal ini tidak memenuhi standar pengakuan nilai aset.
4) Estimasi yang tidak wajar: perusahaan dapat membuat estimasi yang menimbulkan beban dalam jumlah yang dibesar-besarkan. Misalnya, mengakui nilai provisi (untuk garansi) dan biaya piutang tak tertagih tanpa didasari perhitungan, untuk kemudian menguranginya di periode berikutnya sehingga seolah laba meningkat.
5) Off-balance sheet financing melalui pembentukan entitas khusus untuk menampung liabilitas-liabilitas perusahaan. Hal ini membuat liabilitas perusahaan tidak tampak pada laporan sesungguhnya.
Apa bedanya Creative Accounting dengan Fraud?
Creative accounting umumnya masih berada dalam kerangka hukum karena memanfaatkan celah atau grey area dalam standar pelaporan keuangan. Meskipun legal, praktik ini sering kali dianggap tidak etis karena bisa menyesatkan pembaca laporan. Selain itu, creative accounting berisiko mencederai reputasi perusahaan. Jika publik atau regulator mengetahui praktik semacam ini, perusahaan bisa kehilangan kepercayaan investor dan menghadapi tekanan audit yang lebih ketat. Tidak hanya sampai di situ, praktik ini bisa menjadi pintu masuk menuju fraud.
Berbatasan dengan creative accounting, fraud adalah aktivitas yang sudah pasti melanggar hukum dan prinsip akuntansi yang berlaku, seperti PSAK atau IFRS karena jelasnya unsur penipuan di dalam praktiknya. Fraud menimbulkan risiko yang jauh lebih besar, misalnya, gugatan hukum, tuntutan pidana, penurunan nilai saham drastis, kerusakan reputasi secara permanen, dan bahkan kebangkrutan perusahaan.
Untuk mempermudah dalam mengidentifikasi perbedaan antara creative accounting dan fraud, tabel berikut ini telah merangkum dengan sederhana perbedaan mendasar antara kedua hal tersebut.
Lalu, bagaimana jika creative accounting berubah menjadi fraud?
Berawal dari Creative Accounting, Berujung Menjadi Fraud
Creative accounting memiliki kaitan erat dengan fraud. Beberapa kasus fraud fenomenal yang terjadi selama abad 21 tidak luput dari praktik creative accounting di dalamnya. Bagaimana creative accounting akhirnya terjerumus ke kategori fraud? Berikut ini adalah ulasan singkat mengenai tiga contoh kasus creative accounting dalam fraud yang melibatkan perusahaan berskala global,
Enron
Enron adalah perusahaan yang bergerak di sektor energi, komoditas, dan jasa. Perusahaan ini terlibat dalam kasus fraud pada tahun 2001 di Amerika Serikat. Kasus fraud Enron dapat dikatakan sebagai kasus paling berpengaruh di dunia akuntansi sejauh ini. Mengapa demikian? Fraud oleh Enron memicu serangkaian peristiwa penting, seperti Sarbanes-Oxley Act hingga mengeliminasi Arthur Andersen dari posisi ‘Big 5’. Dalam praktik creative accounting, Enron menggunakan special purpose entities (SPEs) untuk menutupi utang dan memanipulasi laporan laba rugi supaya tampak sehat di mata investor. Enron melakukan teknik mark-to-market accounting dan transaksi dengan afiliasi yang berdampak pada peningkatan laba secara agresif yang terbukti palsu dan menyesatkan. Tujuannya adalah menjaga harga saham agar tetap stabil di harga yang tinggi.
Tesco
Tesco adalah perusahaan ritel multinasional asal Inggris. Praktik creative accounting dilakukan oleh Tesco dengan cara mencatat pendapatan dari supplier rebates lebih awal dari waktunya. Praktik ini membuat Tesco harus berhadapan dengan penyelidikan dari Serious Fraud Office (SFO) dan tuntutan hukum dari para investor. Akibatnya, Tesco harus membayar denda lebih dari £129 juta, serta kompensasi total hingga £235 juta setelah mencapai Deferred Prosecution Agreement (DPA) bersama SFO.
Toshiba
Toshiba merupakan perusahaan teknologi asal Jepang yang pernah menggelembungkan laba melalui teknik akuntansi agresif. Tidak tanggung-tanggung, Toshiba melakukan overstatement secara sengaja terhadap labanya hingga ¥150 miliar atau sekitar $1,2 miliar. Secara mengejutkan, praktik ini telah dilakukan selama tujuh tahun dengan memperlambat pengakuan kerugian proyek dan melakukan estimasi yang tidak realistis. Hal ini dipicu oleh tekanan manajemen puncak yang berambisi menunjukkan performa keuangan yang selalu positif. Setelah dilakukan investigasi lebih lanjut, praktik Toshiba dinyatakan tidak sah menurut prinsip akuntansi. Hal ini berdampak pada pengunduran diri CEO Toshiba dan penurunan drastis reputasi perusahaan.
Meskipun creative accounting adalah tindakan yang legal, praktik ini dapat membawa perusahaan satu langkah lebih dekat dengan fraud. Oleh karena itu, Future Accountants sebaiknya menghindari praktik creative accounting yang menyesatkan stakeholder sebagai bagian dari etika akuntansi.
Daftar Pustaka
Abed, et al. (2022). Creative Accounting Determinants and Financial Reporting Quality: Systematic Literature Review. Risks, 10(4):76. doi.org/10.3390/risks10040076
Chimonaki, C. (2021). Theoretical Analysis of Creative Accounting: Fraud in Financial Statements (Chapter 5). In Machine Learning Applications for Accounting Disclosure and Fraud Detection (pp. 58–74). IGI Global. https://doi.org/10.4018/978-1-7998-4805-9.ch005
Ruddick, G., & Kollewe, J. (2017, March 28). Tesco agrees £129m fine over accounting scandal. The Guardian. https://www.theguardian.com/business/2017/mar/28/tesco-agrees-fine-serious-fraud-office-accounting-scandal
Toshiba’s accounting scandal: How it happened. (2015, August 13). Investopedia. https://www.investopedia.com/articles/investing/081315/toshibas-accounting-scandal-how-it-happened.asp