Oleh: M. Ghiffari Faza, I Nyoman Surya Merta Yasa
Karakteristik Unik Akuntansi Forensik
Bidang akuntansi forensik telah menjadi pembicaraan hangat di kalangan praktisi dan akademisi akuntansi dalam beberapa dekade terakhir. Akuntansi Forensik adalah suatu metode investigasi transaksi keuangan dan situasi bisnis untuk memperoleh kebenaran serta mengembangkan pendapat ahli tentang kemungkinan terjadinya aktivitas kecurangan (Nunn,2006). Seorang akuntan forensik umumnya dibagi menjadi dua jenis berdasarkan bidangnya,yaitu spesialis dukungan litigasi (litigation support) dan akuntansi investigasi atau penipuan(fraud accounting). Dukungan litigasi mencakup penilaian bisnis, analisis pendapatan, evaluasi pendapatan di masa depan. Contohnya adalah ketika ada pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa hukum dan perlu menggunakan perhitungan tertentu untuk membantu penyelesaian sengketa melalui keputusan pengadilan. Seorang akuntan forensik dapat digunakan sebagai saksi ahli jika sengketa meningkat menjadi keputusan pengadilan (Chen, 2020). Akuntansi investigasi atau penipuan adalah proses untuk mengetahui apakah suatu kejahatan terjadi dan menilai kemungkinan terjadinya tindakan kriminal. Kejahatan tersebut dapat mencakup pencurian yang dilakukan karyawan, penipuan sekuritas, dan pemalsuan informasi laporan keuangan.
Permintaan terhadap akuntansi forensik meningkat karena adanya peraturan dan undang-undang pidana yang disahkan dari waktu ke waktu. Pada tahun 1900-an di Negara Amerika, penerapan Pajak Penghasilan Federal menghasilkan permintaan terhadap tenaga akuntan forensik untuk memeriksa oknum-oknum yang melakukan penghindaran pajak. Salah satu kasus pertama yang ditemukan oleh akuntan forensik adalah kasus mafia terkenal di era tersebut, Al Capone (Yelland, 2020). Dengan banyaknya tindakan kriminal yang terus muncul, kebutuhan akan akuntan forensik semakin meningkat. Akan tetapi, seorang akuntan yang ingin menjalani profesi ini membutuhkan beberapa kualifikasi. Seorang akuntan forensik memerlukan beberapa beberapa soft skill, seperti kemampuan komunikasi, adaptif, serta bersikap kritis. Selain soft skill, seorang akuntan forensik juga memerlukan beberapa hard skill, seperti pengetahuan akuntansi keuangan, perpajakan, operasi bisnis, internal controls, dan audit. Pengetahuan umum tentang dunia akuntansi, terutama audit, akan menentukan kemampuan akuntan forensik untuk mengidentifikasi tindakan kriminal.
Meskipun terlihat memiliki pekerjaan yang sama, seorang auditor independen dan akuntan forensik memiliki karakteristik yang berbeda. Seorang auditor umumnya bertugas untuk melakukan verifikasi dan pengungkapan jika ada suatu penyimpangan dari laporan keuangan perusahaan dengan prinsip akuntansi yang berlaku, seperti IFRS atau GAAP. Sebaliknya, akuntan forensik mengambil pendekatan yang jauh lebih skeptis dan proaktif untuk mengungkap kecurangan, tidak hanya memverifikasi apa yang ada di laporan keuangan saja (Crumbley & Apostolou, 2000). Auditor independen umumnya mengasumsikan bahwa klien telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Di sisi lain, akuntan forensik tidak membuat asumsi. Akuntan forensik menilai secara kritis keabsahan transaksi keuangan perusahaan dan kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi (Chen, 2020).
Akuntansi Forensik: Peranannya dalam Pemecahan Kasus-Kasus FBI
Federal Bureau of Investigation atau FBI adalah badan intelijen dan keamanan Negara Amerika Serikat. Berbeda dengan badan intelijen lain seperti CIA, FBI pada dasarnya adalah lembaga domestik yang berfokus pada pengumpulan data intelijen di dalam negeri. Badan intelijen yang didirikan pada tahun 1908 ini bertugas untuk melakukan investigasi berbagai tindakan kriminal di Amerika, seperti terorisme, korupsi, kejahatan terorganisir, dan lain-lain. Badan intelijen ini memiliki beberapa jenis agen sesuai dengan spesialisasinya. Tidak hanya di bidang militer atau penegakan hukum, FBI juga membutuhkan agen yang memiliki spesialis sains dan teknologi, psikologi, cybersecurity, dan akuntansi. Setiap agen spesial bekerja sesuai bidangnya untuk melindungi warga Amerika dari ancaman-ancaman kriminal yang dapat terjadi. Agen spesial di bidang akuntansi merupakan salah satu agen yang memiliki peran penting di badan intelijen tersebut. Saat ini, 15% agen yang dipekerjakan oleh FBI merupakan agen spesial di bidang akuntansi. Seorang akuntan forensik yang bekerja disana melakukan bagian investigasi keuangan dari kasus-kasus kompleks di berbagai program biro, seperti menginvestigasi teroris, mata-mata, dan penjahat yang terlibat dalam kejahatan keuangan. Akuntan FBI melaksanakan pekerjaannya dengan melakukan investigasi bukti, memeriksa sumber bukti, berkomunikasi dan bersaksi di pengadilan, dan berkolaborasi dengan badan-badan lainnya di negara tersebut. Melalui pekerjaan mereka, akuntan forensik berkontribusi pada siklus intelijen FBI. Saat ini, FBI merupakan badan utama yang bertanggung jawab atas investigasi penipuan perusahaan. Hal tersebut menyebabkan agen akuntan forensik memprioritaskan upaya mereka untuk berfokus pada skema akuntansi yang dirancang untuk menipu investor dan auditor.
Akuntan forensik di FBI telah menyelidiki kejahatan keuangan dengan total miliaran dolar. Beberapa tahun yang lalu, akuntan forensik ikut berperan dalam menghukum Bernie Madoff, seorang stockbroker yang telah melakukan skema ponzi terbesar di dunia (Accounting Today, 2009). Madoff menerapkan skema ponzi yang meraup total kerugian $65 miliar. Awalnya, penipuan tersebut terdeteksi oleh seorang akuntan forensik bernama Harry Markopolos, yang melacak aliran pendapatan Madoff. Akan tetapi, publik tidak mempedulikan klaim yang diberikan oleh Markopolos sehingga Madoff masih berkeliaran dengan bebas. Pasca krisis keuangan 2008, investor di perusahaan Madoff melakukan klaim atas saham mereka. Madoff yang mengalami krisis likuiditas akhirnya terpaksa mengakui skema ponzi yang sudah diterapkannya selama ini (Reinicke, 2019). Di pengadilan, akuntan forensik FBI berperan aktif dalam bersaksi atas temuan mereka untuk membuktikan adanya kejahatan keuangan. Selain itu, akuntan forensik di FBI juga berperan dalam kasus penipuan Medicare (program asuransi di Amerika) yang dilakukan oleh American Therapeutic Corporation (ATC) dan Medlink. Kedua perusahaan asuransi tersebut melakukan eksploitasi terhadap uang asuransi pelanggannya dengan skema penipuannya. Setelah di investigasi oleh FBI, kedua perusahaan tersebut mengaku bersalah telah melakukan skema penipuan senilai $200 juta (US Department of Justice, 2011). Selain kasus di bidang asuransi, FBI juga berhasil menginvestigasi tiga petinggi di perusahaan Fair Financial, perusahaan jasa keuangan di Ohio. Perusahaan tersebut didakwa telah melakukan skema untuk menipu lima ribu investornya dengan nilai kerugian $200 juta (US Department of Justice, 2011).
Posisi Akuntansi Forensik di Indonesia
Berbeda dengan Amerika Serikat memiliki FBI yang memanfaatkan ilmu dan keahlian akuntansi forensik dalam berbagai bentuk investigasi, Indonesia memfokuskan pemanfaatan akuntansi forensik untuk mengungkap kasus korupsi melalui sinergi lembaga-lembaga anti korupsi, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan Kepolisian. Hal ini mengingat masih tingginya kasus korupsi di Indonesia. Indonesia Corruption Watch (ICW) berhasil merekap terjadi 271 kasus korupsi yang berhasil mendapat penindakan pada 2019 dengan total kerugian negara sebesar Rp8,4 triliun. Tidak hanya itu, peluang akuntansi dan audit forensik juga semakin diperkuat dengan penambahan jumlah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang mulai memberikan jasa audit forensik dan investigasi audit kepada kliennya. Hal ini menyusul fenomena bahwa fraud dan korupsi tidak hanya menjadi ancaman bagi sektor pemerintahan, melainkan juga BUMN dan pihak swasta. Istilah akuntansi forensik mulai muncul di Indonesia setelah keberhasilan PricewaterhouseCoopers (PwC) dalam membongkar kasus Bank Bali (1999). Kantor PwC mampu menunjukkan arus dana yang rumit berbentuk diagram cahaya matahari (sunburst) untuk menentukan aliran yang hasil korupsi (follow the money) yang kemudian mengarahkan kepada para pejabat dan pengusaha yang terlibat dalam kasus ini. Kasus lainnya, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mampu membuktikan kepada pengadilan bahwa Adrian Waworuntu terlibat dalam penggelapan L/C BNI senilai Rp 1,3 triliun (2006) dengan menggunakan metode follow the money dari PwC dalam kasus Bank Bali (Claudia, 2018). Menurut Wiratmaja (2010), jika ditinjau dari perspektif fraud triangle (pressure, perceived opportunity, and rationalization), akuntansi dan audit forensik memiliki dua peran dalam menghambat terjadinya fraud. Pertama, sebagai tindak preventif karena adanya kekhawatiran dari pelaku bahwa korupsi yang dilakukan dengan mudah akan terungkap. Selain itu, akuntansi dan audit forensik juga memegang tindak detektif karena dirancang guna mengumpulkan dan menyediakan bukti untuk kepentingan persidangan di pengadilan (litigation support), seperti arah aliran korupsi, pelaku korupsi, modus yang digunakan, dan hasil lain yang lebih terperinci. Di Indonesia, auditor forensik juga dapat menjadi saksi ahli dalam memberikan keterangan dalam persidangan tipikor sesuai pasal 120 ayat 1 KUHP (Tias, 2020). Dengan begitu, keberadaan akuntansi dan audit forensik setidaknya telah meminimalkan dua elemen pada fraud triangle, yakni perceived opportunity dan rationalization.
Seorang auditor forensik memiliki sertifikat Certified Fraud Examiners (CFE) yang diterbitkan oleh Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) sebagai pembuktian atas pengetahuan dan pengalaman secara global pemegang sertifikat tersebut sebagai seorang profesional di bidang anti-fraud. Di Indonesia, pemegang sertifikat CFE banyak dibutuhkan oleh Lembaga lembaga seperti KPK, BPK, BPKP, Kementerian Keuangan, serta beberapa perusahaan swasta besar terkemuka (Tias, 2020). Selain itu, BPKP, Polri, dan Kejaksaan Agung RI juga telah membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi – Auditor Forensik (LSP-AF) yang menerbitkan sertifikasi profesi auditor forensik (CFrA) yang semakin mengukuhkan keberadaan profesi auditor forensik di Indonesia.
Namun hingga saat ini, belum banyak perguruan tinggi di Indonesia yang mengajarkan pengetahuan dan keahlian terkait akuntansi dan audit forensik secara mendalam. Padahal, penerapan pendidikan akuntansi forensik dipandang sebagai atribut penting untuk meningkatkan kesadaran tentang akuntansi forensik di mata masyarakat dan mahasiswa. Walaupun masih banyak pihak yang memperdebatkan apakah akuntansi forensik harus dijadikan cabang ilmu baru atau cukup diintegrasikan dengan mata kuliah umum, para praktisi meminta akademisi untuk tetap mengajarkan dasar-dasar akuntansi dan audit forensik kepada mahasiswa. Hal ini guna mempersiapkan calon-calon praktisi audit forensik Indonesia untuk memberantas fraud dan korupsi di masa depan.
Kesimpulan
Melihat karakteristiknya yang unik sebagai salah satu bidang khusus dalam akuntansi, akuntansi dan audit forensik memiliki peranan yang penting dalam mengungkap kasus fraud dan korupsi. Badan intelijen dan keamanan Amerika Serikat, yakni FBI telah merasakan manfaat keberadaan bidang ini dalam memecahkan berbagai kasus mereka. Indonesia juga tengah gencar menerapkan akuntansi dan audit forensik untuk menekan kasus korupsi yang semakin merajalela. Indonesia memiliki potensi yang besar dalam menerapkan akuntansi dan audit forensik. Namun, hal ini juga harus didukung dengan sistem pendidikan yang memadai. Mahasiswa perlu dikenalkan mengajarkan dasar-dasar akuntansi forensik guna mempersiapkan calon-calon praktisi audit forensik Indonesia untuk memberantas fraud dan korupsi di masa depan.
Daftar Pustaka
Accounting Today. (2020). “Forensic Accountants Reconstruct Madoff Books”. https://www.accountingtoday.com/news/forensic-accountants-reconstruct-madoff-books. Diakses tanggal 5 September 2020.
Chen, James. (2020). “Forensic Accounting Definition”. https://www.investopedia.com/terms/f/forensicaccounting.asp. Diakses tanggal 5 September 2020.
Claudia, G. (2018). “Akuntansi Forensik Untuk Bedah Kasus Korupsi”. Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi dan Perpajakan, 1(1), pp. 95-109.
Crumbley, Larry, & Nicholas Apostolou. (2002). “Forensic Accounting: A New Growth Area in Accounting”. Jurnal CPA Ohio, pp. 16.
Indonesia Corruption Watch. (2020). “Tren Penindakan Kasus Korupsi Tahun 2019”. https://antikorupsi.org/sites/default/files/200215-tren_penindakan_kasus_korupsi_tahun_2019_final_2.pdf. Diakses tanggal 7 September 2020.
Lembaga Pengembangan Fraud Auditing. (tt). “Pelatihan & Sertifikasi Auditor Forensik”. http://www.lpfa.co.id/download/detail/tentang_CFrA.pdf. Diakses tanggal 7 September 2020.
Reinicke, Carmen. (2019) “Who is Harry Markopolos? The famed Madoff whistleblower could make millions after publishing a report accusing GE of fraud”. https://markets.businessinsider.com/news/stocks/harry-markopolos-madoff-whistleblowe
r-accounting-expert-who-is-he-2019-8-1028453215. Diakses tanggal 5 September 2020.
U.S. Department of Justice. (2011). “Three Former Executives Charged in $200 Million Fraud
Scheme Involving Fair Financial Company Investors”. https://www.justice.gov/opa/pr/three-former-executives-charged-200-million-fraud-scheme-involving-fair-financial-company#:~:text=WASHINGTON%20%E2%80%93%20Three%20former%20executives%20of,%24200%20million%2C%20announced%20Assistant%20Attorney. Diakses tanggal 5 September 2020.
U.S. Department of Justice. (2011). “Two Miami-Area Corporations Plead Guilty to More Than $200 Million Medicare Fraud”. https://archives.fbi.gov/archives/miami/press-releases/2011/two-miami-area-corporations-plead-guilty-to-more-than-200-million-
medicare-fraud. Diakses tanggal 5 September 2020.
Yelland, Tristan. (2020). “The Accountant and Al Capone”. https://www.grantthornton.co.uk/
insights/the-accountant-and-al-capone. Diakses tanggal 5 September 2020.
Wiratmaja, I D. N. (2010). “Akuntansi Forensik dalam Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi”. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, 5(2). DOI: 10.24843/JIAB.2010.v05.i02.
Tias, W. (2012). “Perlukah Mahasiswa Strata Satu Akuntansi di Indonesia Memiliki Persepsi Audit Forensik?” Jurnal Akuntansi AKUNESA, 1(1).